Beberapa kali saya bertemu dengan eksekutif perusahaan besar, yang memiliki brand-brand besar, mengeluhkan ketidaksuksesan mereka memasuki pemasaran via media sosial (social media marketing). Padahal, berbagai usaha sudah mereka lakukan, termasuk menggelontorkan budget yang lumayan banyak. Namun keluhan lebih sering saya dapatkan dari level manager, yang tak bisa secara optimal memanfaatkan media sosial, meski mereka sudah membuat akun khusus di Facebook dan Twitter, serta berusaha sekuat mungkin melakukan percakapan melalui kedua media tersebut.
Apa yang salah?
Dari pengalaman perusahaan besar (ya, khusus untuk perusahaan besar saja, karena perusahaan kecil biasanya lebih luwes dan tidak ribet manajemennya) yang berhasil dan yang gagal, ternyata salah satu faktor yang sangat menentukan adalah keterlibatan tim.
Banyak perusahaan gagal memanfaatkan media sosial untuk pemasaran karena dijalankan secara terpusat oleh bagian pemasaran, tanpa melibatkan pihak lain. Sebaliknya, perusahaan yang berhasil di media ini karena sebelum masuk ke media sosial menjual gagasannya terlebih dulu ke perusahaan, dan melibatkan berbagai pihak. Yakni:
1. Senior Management
Tanpa dukungan senior management (VP atau GM), strategi marketing apapun akan berhenti di tengah jalan. Sayangnya, karena masih dianggap sebelah mata, senior management perusahaan besar enggan bersentuhan dengan strategi media sosial. Semuanya diserahkan ke level manager. Akibatnya, bukan hanya budget yang dialokasikan lebih kecil, perhatian senior manager dan direksi terhadap dampak pemasarannya juga nyaris tidak ada.
2. Marketing
Jelas, divisi pemasaran harus terlibat di strategi social media. Yang ini tidak perlu saya jelaskan lagi.
3. Public Relations
Ini yang seringkali diabaikan oleh divisi marketing. PR justru punya peran penting di media social karena kemampuan komunikasinya yang tidak serta merta menjual. Social media adalah percakapan. Divisi marketing tidak biasa bercakap-cakap langsung dengan konsumen. Demikian juga PR. Meski demikian, pendekatan PR yang halus, tidak menjual, lebih mudah masuk ke media sosial. Maka, setiap strategi media sosial perlu melibatkan bagian PR.
4. Human Resource
Karena sifatnya yang personal, media sosial akhirnya digunakan oleh karyawan. Bagian SDM perlu dilibatkan dalam strategi social media marketing untuk menjaga agar seluruh karyawan perusahaan bisa menjadi duta perusahaan di media sosial. Saya beberapa kali menemukan suara karyawan perusahaan besar yang berbeda dengan suara perusahaan di media sosial. Jika dibiarkan, fenomena seperti ini akan merusak kampanye di media sosial.
5. Information Technology
Social media marketing tidak hanya berjalan di media yang stabil dan terpercaya seperti Facebook dan Twitter. Seringkali, perusahaan/merek membuat sendiri situs web sebagai landing page kampanye online. Biasanya, jika situs web-nya berupa kompetisi, para peserta akan berusaha keras “mengakali” sistem agar bisa menjadi pemenang. Ini tantangan besar buat tim IT.
6. Social Media Enthusiast
Meski sudah melibatkan 1-5, strategi perusahaan di media sosial kurang berhasil jika tidak melibatkan karyawan yang memang sudah benar-benar hidup di media sosial. Komponen 1-5 itu mungkin tahu dan paham media sosial. Namun hanya social media enthusias yang paham betul lika-liku media sosial.
Dengan menggabungkan enam komponen tersebut, beberapa perusahaan terbukti mampu membangun strategi jitu di media sosial, sekaligus mampu mengeksekusinya dengan baik.
http://www.virtual.co.id/blog/social-media/apa-kunci-keberhasilan-social-media-marketing/
http://www.virtual.co.id/blog/social-media/apa-kunci-keberhasilan-social-media-marketing/